Jumat, 27 November 2009

Dua Sisi

Aku punya 2 orang teman dekata, Resti dan Dewi. Kedua-duanya mempunyai wajah yang cantik. Resti berpendidikkan tinggi, tidak heran jika dia mempunyai jabatan penting di sebuah perusahaan besar terkemuka. Selain cantik, dia luwes dan pandi bergaul walau sedikit sombong. Kadang dia mencemooh temanku, Dewi. Karena Dewi adalah seorang PL (Pemandu Lagu) di sebuah karaoke. Di mata Resti, Dewi adalah wanita perusak iman dan wanita tidak berkelas.

Suatu hari aku memerlukan uang tambahan untuk biaya kuliah adikku. Caca tidak akan bisa mengikuti UTS jika belum membayar uang kuliah, karena gajian masih 2 minggu lagi, akupun memberanikan diri meminjam pada REsti. Tapi apa yang aku terima?
"Sory, Sus... aku gak pegang uang cash. Banyak orang yang pinjam sech... Makanya jadi orang tuch jangan sok-sok mau sekolah tinggi, nyaingin orang itu tidak baik. Kalau tidak mampu, jangan maksain. Mendingan duitnya di tabung buat biaya hidup." Ucapnya tanpa di duga.
Padahal kalau memang tidak bisa meminjamkan, aku tidak akan maksa dan tidak perlu menghina. Lagian aku belum pernah meminjam uang sebelumnya, tapi kenapa kata-katanya sangat tajam. Dan biasanya Resti tidak sekejam itu dalam bicara. Aku ngeloyor pergi dengan sakit hati yang mendalam.

Di tengah perjalanan, aku bertemu Dewi, tidak aku sangka dia mau meminjamkan sejumlah uang yang aku perlukan.
"Kebetulan gue ada rezeki, loe boleh pinjem ni duit. Terserah loe mau balikinnya kapan, tapi tetep kudu di bayar, ya!" ucap Dewi seraya menyerahkan uang, aku mengangguk gembira.

Hari yang lain, aku di suruh boss menjemput kliennya yang baru pulang dari Amrik. Karena sudah bertemu sebelumnya, jadi tidak susah mengenalinya saat menjemputnya di bandara.
"Apakabar, Pak GUnadi. Seneng banget bisa ketemu bapak lagi....!" Kataku sambil mengajak bersalaman begitu melihatnya muncul.

"Pak Ardi lagi sibuk,dan tidak ada supir untuk menjemput bapak. Jadi saya yang di suruh. Bapak tidak kecewa, kan?" tanyaku setelah berada dalam mobil.
"Wah... bukannya kecewa kalau yang jempunya cewek manis hehehehe...." jawab pak GUnadi dengan gurauannya.

Ketika dia membuka dompet hendak mengambil sesuatu, sebuah foto terjatuh. Dan aku sempat melihat wajahnya." Pak, ada foto terjatuh!" kataku memberitahu sambil tetap mengemudikan mobil. Pak GUnadi memungut foto itu, "Cantik bener, siapa tuh pak?" tanyaku pura-pura.
"Namanya Dewi, dia bekerja di sebuah karaoke. Dia tidak seperti PL lainnya...!"
"Maksud bapak?" tanyaku penasaran.
"Saat pertama saya booking dia, saya pikir dia munafik. Karena bekerja di tempat hiburan malam tapi tidak boleh di pegang dan tidak bisa minum (mabuk). Dia bilang, dia akan membuat saya happy tanpa di pegang dan tanpa mabuk. Ternyata benar, setelah saya coba biarkan duduk dengan saya, dia orangnya asyik. Saya enjoy dengan suaranya yang sangat merdu."
"Dan bapak jatuh cinta?" tanyaku menyelidik.
"Hahaha dulu sempat berfikiran begitu, tapi seiring waktu, ternyata saya sayang sam dia seperti pada anak sendiri. Makanya, saya tidak mau dia bekerja di karaoke lagi. Saat di LA kemarin, saya sudah pikir masaka-masak untuk membiayai dia kuliah, agar bisa dipekerjakan di perusahaan."
"Oya, bagus tuch pak!" kataku menyemangati.
"Dia tidak tahu saya pulang hari ini, lho! 2 hari yang lalu saya kirim dia uang, biar tidak curiga kalau saya pulang. Saya mau bikin dia kejutan, rindu bener saya sam dia!"
"Maaf, bapak tidak punya anak?"
"Anak saya satu-satunya meninggal karena kecelakaan, sejak itulah saya sering ke karaoke untuk menghibur diri. Saat itulah saya bertemu dengan Dewi.

Aku jadi teringat, saat Dewi meminjamkan uang, ternyata dia mendapat kiriman dari orang yang menyayanginya.
"Memangnya bapak sama sekali tidak tergiur dengan kecantikan Dewi dan kemolekan tubuhnya?" tanyaku menyelidik lagi.
"Hahahaha.... dulu mungkin ada sedikit. Waktu saya menyadari bahwa saya menyayanginya seperti pada anak saya sendiri. Lagian, kalau untuk nakal-nakalan mah, saya sudah punya seseorang yang tidak kalah cantiknya. Wanita itu seorang manager di suatu perusahaan, asal saya kasih proyek, dia pasti mau di ajak keluar. Dan dia siap kapanpun, dimanapun dan kemanapun. Nech fotonya, hanya kamu yang tahu ya...!" Pria berumur itu memperlihatkan sebuah foto ukuran kecil.... aku terkejut, ternyata di dalam foto itu adalaj Resti. Aku menelan ludah," Saya berjanji pak, tidak akan memberitahu siapapun....!!!"janjiku pada pak GUnadi dan pada diri sendiri.

5 Comments:

Dwi said...

nich critanya og agak bebauk yang enggak enggak ya?
waduh waduh
numpang komentar

@cicin said...

Maksud cerita ini, biar kita tidak menilai seseorang dr pekerjaannya. Dewi yg mnrt mata kita bkrj tdk baik, tp dia lbh mengerti tmnnya d banding Resty yg kerja kantoran dg posisi terhormat. Resty memandang rendah Dewi krn pekerjaannya. Pdhl, yg dia lakukan lbh buruk dari yg Dewi lakukan. Thx komennya ya, sob!

RifkyMedia™ said...

wah bagus sekali ceritanya, kita tdk boleh meng Judge org dari pekerjaan nya,dan semua itu berakhir manis

rental mobil murah said...

salam kenal sobat

pemancing said...

I love dewi.... he2...

 

blogger templates | Make Money Online