Rabu, 13 Maret 2013

Nikmatnya punya indra rasa

Kira-kira tahun 2003, saya mengalami demam tinggi. Karena di rumah semua sibuk dengan aktifitas masing-masing, jadi tidak ada seorangpun yang tahu kalau saat itu saya sakit. Ketika itu saya benar-benar tidak dapat bangun, alhasil hari itu saya tidak minum dan tidak makan.

Keesokan hari demam saya hilang, dan apgi itu kakak saya datang dengan membawa kue bolu. Sebenarnya saya tidak begitu suka dengan segala bentuk kue. Tapi entah kenapa hari itu saya begitu ingin mencicipinya. Dan ternyata, bukan hanya mencicipi, tapi bahkan menghabiskan bagian orang. Semua orang terkejut, karena saya memang paling anti makan makanan yang satu itu. Kenapa saya bisa menghabiskannya? Selidik punya selidik, ternyata lidah saya tidak dapat berfungsi dengan baik, alias mati rasa.

Saya panik, takut, dan cemas..... semua makanan saya cicipi sedikit-sedikit untuk meyakinkan lidah saya. Coca cola dan sprite sama rasanya, tidak ada manis hanya rasa soda yang terasa. Begitupun dengan nasi kuning dan nasi putih... tidak ada bedanya. Kemudian saya coba dengan menu paforite saya... PETE. Pun ternyata sama saja... tidak ada rasanya. Hati saya sedih, karena tidak dapat makan dan minum dengan nikmat. Sungguh, ternyata lidah itu indera rasa yang paling nikmat. Tidak ada rasa, apalah artinya hidup ini.

Pernah saya periksakan THT ke Rumah Sakit, hidung saya dapat mencium dengan normal. Tetapi lidah saya tetap tidak dapat merasakan apa-apa.

Sebagai terapi (inisiatif sendiri) setiap hari saya mencicipi garam. Karena memang hanya garam saja yang dapat di tangkap lidah saat itu dari hari ke hari.

Setelah 2 bulan saya berharap, akhirnya lidah saya mulai normal. Betapa bahagianya saya saat itu tak dapat di lukiskan dengan kata-kata. Saya kembali normal.... dan itu kebahagiaan yang luar biasa. Karena sebelumnya saya sempat berpikir bahwa lidah saya akan mati rasa selamanya. Alhamdulillah, bisa sembuh dengan ijin Allah.

Sekecil apapun yang kita terima, itu adalah nikmat. Sekalipun itu menyakitkan hati. Tapi pasti akan baik akhirnya. Segala musibah pasti ada hikmahnya. Yang penting bersyukur.

Read More......

Minggu, 28 Februari 2010

Rahasia Hidup

Setelah bertahun-tahun dalam keterpurukkan, karena malu belum juga kunjung mendapat jodoh, tiba-tiba sang Dewi Fortuna menghampirinya. Seorang pemuda yang baru di kenalnya, lajang, pengusaha sukses, ganteng dan sok pasti berpendidikkan, datang beserta keluarganya untuk melamar. Tangis haru dan bahagia menyelimuti hati yang kekeringan akan kasih sayang pada diri Dilla. Pesta meriah nan mewah pun berlangsung penuh tawa bahagia dari ke dua belah pihak. Tapi sayang, dalam hidup itu tidak ada yang sempurna.

3 tahun sudah berlalu, namun perut Dilla belum juga terlihat membesar. Sanak Family selalu menanyakan kapan Dilla akan punya anak? Terlebih lagi sang Bunda yang sudah tua ingin segera menggendong cucu.
"Kalian itu aneh ya, dulu selalu nanya kapan kawin? Sudah kawin, terus nanya kapan punya anak? Stres saya dengernya! Kalian gak pernah tahu, seperti apa stres nya saya dulu sebelum menikah. Saya tidak mau bertemu orang. Saya hampir gila mendengar pertanyaan yang sama setiap waktu. Menikah & punya anak itu tidak semudah membuat adonan. Perlu waktu, dan juga kehendak Yang Di Atas." Jawab Dilla suatu hari dengan emosi.

"Kak, jangan mentang-mentang sudah kaya, ngomongnya kasar gitu!" protes Dian, sang adik.
"Kasar kamu bilang? Kalo ngomong tuch pake otak, dong! Lihat dulu permasalahannya, baru boleh protes!" Jawab Dilla sengit, untuk menghindar permasalahan yang lebih panjang, Dilla pergi meninggalkan keluarganya yang di selimuti sejuta tanda tanya. Masih jelas dalam ingatan, saat Dilla remaja, dia begitu aktif, ceria, ramah dan hampir gak pernah marah. Menginjak 25 tahun, semuanya berubah. Dia begitu sensitif, sampai dia sering menyendiri tidak mau bergaul seperti biasanya.

Sementara itu Dilla yang masih dongkol dengan semua pertanyaan dalam 3 tahun ini, menyetir Honda Jazz nya dengan kencang. Beberapa saat kemudian dia memasuki gerbang sebuah rumah besar, keluar dari mobil diapun masuk rumah dengan kesalnya. Di dalam rumah, dia menatap semua kemewahan di depannya. Kemudian dia melirik sebuah foto besar, foto pernikahannya dengan Beny. Dia menunduk, kemudian melangkah ke sebuah kursi, dan duduk di atasnya. Dilla menghela nafas panjang sembari merebahkan badannya di kursi.
"Dulu, aku miskin harta dan miskin cinta. Sekarang, harta sudah melimpah, tapi tidak juga merasakan bahagia. Seperti apa sech bahagia itu? Oh... tidak.... tidak, aku pernah merasa bahagia. Saat di lamar dan melangsungkan pernikahan. Yach, mungkin seperti itulah rasanya bahagia. Tapi kenapa bahagia itu hanya sesaat singgah dalam hidupku?" Bathin Dilla berkecamuk.

Tiba-tiba suara handphone terdengar dalam tas Louis Vuitton-nya. Sebuah nama yang tidak asing, Osi sahabatnya.
"Ya, kenapa, Si?"
"Dil, si Rara dah balik dari Jepang. Gue dah janjian ketemu ma dia, Loe mesti datang ya. Susah lho kita ngumpul. Di tempat biasa, ya!"
"Ok, gue dateng!"

Di sebuah cafe pinggir pantai, 3 sekawan bertemu setelah sekian tahun berpisah. Cipika cipiki, saling berpelukkan, dan melempar senyum mewarnai persahabatan mereka.
"Wah, ga nyangka ya loe jadi nyonya besar sekarang, Dil." Seru Osi melihat penampilan sahabatnya yang dulu paling susah di antara bertiga.
"Dunia berputar, say. Makanya, hari ini gue yang traktir ya! Jangan nolak, dulu loe semua yang keluar duit. Sekarang giliran gue...!"
"Deuuuuuuh si Nyonya inget juga masa-masa kita dulu!" Celutuk Rara yang di susul dengan tawa mereka. Hari itu Dilla hanya bisa tersenyum di bibir saja, tidak ada seorangpun yang tahu, kalau senyumnya itu hanya untuk menutupi masalah pribadinya.

"By the way, gimana nech si Nyonya besar... crita-crita dunk waktu bulan madu gimana... trus sekarang-sekarang gimana? Laki loe ok, kan?" Tanya Rara dengan gaya khas nya yang ceplas ceplos.
Dilla tersenyum, "semua ok, cuma belum di kasih momongan aja!"
"Bagus lah kalau gitu! Berarti loe emang nggak ada masalah dalam perkawinan loe! Kalau loe gimana, Si?"
"Gue juga gada masalah. Semuanya aman dan terkendali, laki gue lagi ada proyek di Belanda!" Jawab Osi ringan.
"Perfect.... kalian semua bahagia. Gue ikut senang dengernya. Jangan kayak gue....!"
"Emang loe napa, say" tanya Dilla penasaran.
"Kalian tahu, kenapa gue bisa pulang? Karena gue dah cerai sama gadun sinting itu!"
Dilla dan Osi terkejut mendengar kata cerai dari mulut Rara.
"Kok bisa, gimana ceritanya, say?" tanya Osi ingin tahu.
"Gue gak bisa terus diam, gue pulang mau curhat sama loe berdua. Kalau boleh gue jujur, sebenarnya, gue ini bini simpanannya. Gue mau di kawin ma dia, karena loe tahu sendiri... waktu itu perusahaan bokap gue bangkrut. Bokap gue meninggal karena jantung setelah tahu ada bawahannya yang korupsi sampe perusahaanya bangkrut. Nyokap gue sampe sekarang sakit stroke. Gue yang waktu itu terbiasa dengan kemewahan dan kemudahan, tiba-tiba harus hidup susah. Gue gak bisa terima keadaan. Makanya, waktu ketemu gadun kaya itu dan dia ngajak kawin, gue mau aja. Tapi ternyata, perkawinan gue adalah masalah baru dalam hidup gue. Jadi bini simpanan itu gak enak. Selalu mendapat sisa. Awalnya sech, gue asyik-asyik aja. Yang penting gue hidup senang. Tidak jadi gelandangan, dan nyokap bisa di urus ke rumah sakit. Lama-lama hubungan gue ketahuan ma bininya. So, gue di labrak dengan arogan. Gue ngerti sech perasaan dia. Makanya, gue diem aja waktu dia ngata-ngatain gue. Sakit sech, tapi gue nyadar kok, gue yang salah. Akhirnya, bininya bisa terima gue. Waktu dia minta gue tinggal di serumah, gue gada curiga apa-apa. Apalagi waktu itu dia tiba-tiba baik. Ternyata setelah gue tinggal serumah, gue menjadi upik abu. lama-lama gue gak tahan, akhirnya gue minta cerai. Dan gue pergi menenangkan pikiran gue ke Jepang. Sekarang gue dah baikan, mo bikin usaha kecil-kecilan buat ngidupin anak ma nyokap. Nyokap gue sekarang dah baikan, dah bisa ngomong. Meskipun masa depan anak gue juga dah di tanggung bapaknya, tetep aja gue mesti cari nafkah." Kata Rara dengan panjang lebar. Kalau di lihat dari ceritanya, dia memang menanggung beban yang sangat berat. Bathin Dilla terdiam. Dilla menelan ludahnya, menatap Rara dalam-dalam. Sahabatnya itu mengalami cobaan berat, tapi sikap dan pikirannya bisa stabil. Tidak seperti dirinya yang langsung down. Hebat! Gumamnya dalam hati.

"Sebenarnya.... gue juga mo curhat sama loe berdua!" kata Osi tiba-tiba yang mukanya seketika berubah sedih.
"Lho, mo curhat apaan, Si?" tanya Rara terkejut.
"Sebenarnya, laki gue bukan pergi ke Belanda. Tapi dia masuk penjara, karena ketahuan korupsi. Gue ga nyangka sech, dulu gue pikir gue yang salah. Karena selalu minta ini itu ma dia. Gue pikir karena dia terlalu sayang ma gue, laki gue nurutin semua kemauan gue. Ternyata, dia baik karena dia takut ketahuan, kalau dia punya simpanan. Dan uang hasil korupsi itu bukan untuk bermewah-mewah ma gue. Tapi berfoya-foya ma simpanannya. Gue tahu semua itu dalam persidangan. Sekarang, simpanannya itu kabur, gak tau kemana. Lama juga sech, gue gak bisa terima semua itu. Tapi lama-lama setelah berpikir, gue mau memaafkan laki gue. Mudah-mudahan hidup di penjara dapat membuatnya jera, Dan sekarang gue juga lagi berusaha untuk hidup apa adanya. Cuma saja, selain gue harus kerja, gue juga harus tahan banting menahan rasa malu. Karena punya laki di penjara karena korupsi. Demi anak-anak gue, gue harus bisa tahan." Ucap Osi menutup ceritanya.
"Gapapa, kok Si, kita gak bakalan lihat sisi keburukkan yang terkadi dalam hidup loe. Kita semua hidup di dunia ini pasti punya masa lalu. Tergantung bagaimana kita menyikapinya. Kita akan selalu mendukung loe, jangan khawatir ya!" Ucap Rara membesarkan hati Osi. Tiba-tiba Rara menatap Dilla, "Dil, loe emang telat kawin. Loe dulu paling susah di antara kita bertiga. Udah gada duit, loe juga jadi down 100%. Bikin gue ma si Osi bingung ngadepin loe. Tapi semua itu berakhir, loe sekarang yang paling bahagia. Udah dapet laki ganteng, muda, kaya dan berpendidikkan. Sempurna......!" Ucap Rara seraya menepuk pundak Dilla. Di susul oleh anggukkan Osi, "Iya, Dil. Loe harus bersyukur, ngedapetin kebahagiaan kayak loe itu seribu satu!" timpal Osi sambil mereguk es kelapa muda.

"Kalian salah.....!" Suara Dilla terdengar parau. Semua memandang Dilla.
"Tadinya, gue gak mau orang lain tahu. Tapi karena loe berdua udah terbuka, terpaksa gue juga harus terbuka....!"
"Loe ada masalah apaan, Dil?" Tanya Osi penuh selidik.
Dilla menatap ke dua sahabatnya," Di dunia ini ga ada yang sempurna. Setiap orang, pasti selalu mempunyai masalah. Dari luar, mungkin perkawinan gue nampak sempurna. Selain muda, ganteng, kaya dan pinter, laki gue emang baik. Selain anak yang berbakti pada orang tua, dia juga baik dan bijaksana terhadap semua karyawannya. Termasuk baik dan sopan terhadap gue sebagai bininya. Tapi... ada yang kalian tidak tahu, kalau dia sakit. Terakhir.... gue tahu kalau dia udah kawin di luar negeri.....!" Dilla menahan isak tangisnya. Rara dan Osi saling berpandangan.
"Say, yang sabar ya. Tapi gue gak ngerti dech, kok bisa dia udah kawin. Yang di kawinan loe itu setahu gue emang keluarganya kok!" ucap Rara bingung.
"Lagian, say.... laki-laki sempurna kayak laki loe itu emang ga mungkin ga ada yang mau. Pasti ada cewek lain dalam kehidupan pekawinannya. Yang sabar, say. Gue juga ngerti perasaan loe!" kata Osi mencoba menghibur.
"Kalian ngga ngerti, dia memang udah kawin di luar negeri. Tapi bukan sama perempuan lain...!!!" teriak Dilla menangis sejadi-jadinya. Rara dan Osi saling berpandangan dan kemudian memeluk Dilla," Tenang, say.... gue ma Osi ada buat loe. Yang sabar ya!"
"Gapapa, Dil. Loe nangis aja sejadi-jadinya..... sampe puas!"
"Gue ngga tahu, harus bilang apa sama keluarga, kalo sebenarnya ue kawin sama laki-laki yang sakit. Dia menyukai sesama jenis. GUe mesti gimana? gue mau kehidupan normal kayak kalian berdua!" Ucap Dilla di tengah-tengah isak tangisnya dengan terbata-bata.
Dilla, Rara dan Osi menangis.... meratapi masalahnya masing-masing. Semua orang mempunyai masalah yang berbeda, namun kita sering merasa kitalah yang paling menderita di dunia ini.

Apa saran teman-teman untuk ke tiga sahabat itu?
"

Read More......

Kamis, 11 Februari 2010

Angpao dari Abang Afan

Lama sudah saya tidak blogging karena sesuatu hal. Saat kembali berblogging ria, langsung mendapat warisan dari blog abang Afan. Di mana warisan ini berupa 30 pertanyaan yang harus di jawab dan 1 amanat untuk mewariskannya kembali. Berhubung suasana tahun baru Cina, Warisan ini saya anggap sebagai angpao hehehe ga nyambung banget....!
Ini dia 30 pertanyaan beserta jawabannya:

1. Where is your phone? ~ Lagi di charger
2. Relationship? ~ Bahagianya ketemu temen2 lama
3. Ur hair? ~ Hitam dan panjang, tapi rusak, belah2. Ada yang punya saran agar
rambut saya kembali indah?
4. Work? ~ blogger sejati, tukang foto keliling
5. Ur sister? ~ 2 adik cewek, 1 kakak cewek. 4 bersaudara, cantik2 lagi. Ya
iyalah cantik, masak ganteng2 hehehe!
6. Ur favorite thing? ~ Jalan2, abis tu motret, trus nulis.
7. Ur dream last night? ~ Mimpi di kejar2 Brad Pitt
8. Ur favorite drink? ~ Menurut saran dokter, 2 liter air putih dalam sehari. M
Murah & sehat.
9. Ur dream car? ~ Yang pasti Matic, lah. Soalnya kalo pake yang manual, kaki
saya yang pernah patah oktober 2004 lalu belum bisa injak kopling saat lagi
macet. Tau sndiri, Bandung kan macet mulu.
10. Ur shoes? ~ Made in ENDONESA ajah.
11. Ur fears? ~ Perpisahan, takut berpisah....
12. What do you want 2 be in 10 years? ~ Menjadi lebih baik.
13. Who did ur hang out with last week? ~ Ga sama sapa2, di kamar aja terbaring
sakit.
14. What are you not good at? ~ Memasak. Gagal maning bikin makanan enak.
15. One of ur wish list item? ~ Bahagia dunia akhirat,
16. Where you grew up? ~ Paris Van Java alias Bandung getoh...
17. Last thing u did? ~ Bobo siang
18. What are you wearing? ~ Yang casual ajah
19. U computer? ~ Lap top jadul....
20. Ur pet? Sebenernya bukan sengaja di piara sech, tapi ni kucing dateng2 terus
waktu bunting. Alhasil dia beranak di rumah.....
21. Ur life....? ~ Pengennya sech tanpa dosa.....
22. Missing? (hilang) ~ Kepercayaan pada orang yang terpercaya....
23. What are you thingking right now? ~ Thingking good life
24. Ur car? ~ Ga punya.... hik hik hik....
25. Ur kitchen? ~ Ya geto dech...
26. Ur favorite colour? ~ HItam, putih, krem, coklat ama abu2.
27. Last time u laught? Kemaren, waktu laper masakan gosong....
28. Last time u cried? ~ Minggu lalu, gara2 ga bisa kentut seharian ampe
kembung. Hal ini membuktikan, bahwa kentut adalah salah satu nikmat yang perlu
di syukuri.
29. Love...? ~ Mudah2an ini yang terakhir.
30. So who wants to share their ONEs? How about? ~ Buat semua blogger yang selalu
berkunjung.

Person elected to the tag!
Sesuai aturan mainnya, Angpao harus saya wariskan. Dan warisan ini saya bagikan kepada para blogger yang selalu setia berkunjung ke blog ini walaupun hampir 2 bulan saya tidak begitu aktif.

1. hartohadi.com
2. Hjalamathur
3. wisata riau
4. Ilmair
5. sabirinnet
6. rumah blogger
7. nophie's corner
8. nia shop
9. insanitis37
10. gak mutu
11. Nuansa pena
12. Javabis99
13. chan
14. Tulisan byasa
15. Gubuk Blekenyek

Demikian warisan ini saya bagikan dengan sesadar2nya dan tanpa paksaan dari pihak manapun. Hehehe, semoga kalian sudi menerimanya. Buat Abang Afan, makasih ya!

Read More......

Jumat, 18 Desember 2009

Gara-gara Facebook

Dulu, saat mengenal dunia maya, saya selalu memakai nama palsu. Nama untuk e-mail pun dengan nama palsu juga. Kalau di perhatikan, saya rasa memang hampir kebanyakan orang memakai nama palsu dalam dunia maya. Saat itu, saya punya beberapa nama. Nama asli, nama panggilan, nama beken dan nama untuk di dunia maya sering berganti-ganti. Alasannya, karena untuk menyembunyikan identitas asli. Karena seringnya berganti nama, sampai-sampai saya pernah lupa saat ada yang memanggil di jalan dengan nama lain yang tidak saya ingat. Hihihi sedikit berbau kriminal kayaknya dengan gonta ganti nama.



Sampai akhirnya datang sebuah jaringan komunitas "facebook". Dari facebook inilah saya bertemu dengan teman-teman lama. Karena saat itu saya memakai nama palsu, beberapa teman lama memprotes nama yang saya pakai. Alhasil, sayapun mengalah untuk mengganti nama palsu saya dengan nama asli.

Setelah saya jalani dari waktu ke waktu, ternyata saya menjadi enjoy dengan menampilkan nama asli. Dan sekarang saya sudah terbiasa jika ada orang yang memanggil saya dengan nama asli. Karena nama asli di pakai dalam lingkungan keluarga dan sekolah saja.

Gara-gara facebook akhirnya saya mencantumkan nama asli juga. Akh, apalah artinya sebuah nama. Nama hanya sebagai eksistensi kita di dunia saja. Walaupun saya percaya, kadang-kadang sebuah nama punya makna khusus bagi pemiliknya.
Siapapun nama saya, inilah saya. Cicin Hadiyati. Bagaimana dengan Anda?

Read More......

Sabtu, 28 November 2009

Berdukun

Mas Darwin tetanggaku seorang pengangguran. Lama sudah tidak nampak dia pergi melamar pekerjaan."Seharian selalu mengunci diri di kamarnya." keluh adiknya seatu hari. Tapi beberapa bulan kemudian, rumah mas Darwin sedikit demi sedikit berubah. Memang tidak semewah istana, tapi bagi keluarga pengangguran lulusan SD itu, boleh di bilang lebih baik.

Aku jadi ikut-ikutan percaya tetanggaku, kalau mas Darwin kaya mendadak karena berdukun. Harta kekayaan yang tiba-tiba merubah hidup mereka membuat masyarakat di sekitar curiga. Nunik sang adik yang dulu sering berkumpul dengan kami, sekarang tidak pernah kelihatan lagi. Mereka berdua kakak beradik sama-sama tidak mau lagi bergaul. Sesekali aku melihat mereka keluar dengan mobil barunya. Dan kembali dengan seabre belanjaan.

Suatu hari aku membutuhkan sebuah data, karena google terkenal dengan kesaktiannya, akupun mencoba mencari data yang aku perlukan lewat google. Weleh, ternyata banyak judul yang keluar. Sampai aku bingung memilih mana yang harus di klik. Kemudian aku memilih mengklik judul yang paling atas.
Tak lama sebuah blog terbuka dengan judul dan isi artikel yang persis aku butuhkan, seperti biasa aku melihat foto profile, milik siapakah gerangan blog itu? Sebuah foto dengan gambar orang yang sangat tidak asing lagi. Foti mas Darwin...

Selidik punya selidik ternyata selama ini mas Darwin mengurung diri di kamar bukan karena malas, dan kekayaan yang dia dapatkan bukan hasil berdukun. Melainkan bekerja di dunia maya. Tapi yang membuat aku salut, dia lulusan SD, tapi mampu mendobrak dunia maya. Meraup rezeki yang tidak sedikit dengan tulisan dan bahasa yang baik. Artikel-artikel yang dia publikasikan sangat bagus. Dan blog itu ternyata sudah tenar di dunia blogger. Komentar pada setiap postingan bukan hanya puluhan, tapi sudah mencapai ratusan. Ck..ck...ck... aku berdecak kagum.

Aku baru ingat, dulu ketika mas Darwin masih bekerja sebagai supir pribadi, dia pernah cerita, kalau dia sering belajar komputer dari anak majikannya yang sudah jago. Bahkan bukan hanya masalah komputer saja, tapi juga internet. Saat mas Darwin terakhir bekerja, karena majikannya pindah ke luar negeri, dia membawa sebuah lap top jadul. Dia bilang di beri anak majikannya. Dan mas Darwin memanfaatkan fasilitas yang ada untuk mencari uang. Dia masih sering berhubungan dengan anak majikannya yang kini sudah berada di negeri orang.

Ternyata, kaya itu tidak perlu sekolah tinggi-tinggi juga ya. Yang penting kemauan... baca, belajar, mencoba, berusaha, tidak putus asa dan yang penting... do'a.
Sumpah, aku menyesal dan malu hati karena pernah berburuk sangka pada mas Darwin.


Read More......

Jumat, 27 November 2009

Dua Sisi

Aku punya 2 orang teman dekata, Resti dan Dewi. Kedua-duanya mempunyai wajah yang cantik. Resti berpendidikkan tinggi, tidak heran jika dia mempunyai jabatan penting di sebuah perusahaan besar terkemuka. Selain cantik, dia luwes dan pandi bergaul walau sedikit sombong. Kadang dia mencemooh temanku, Dewi. Karena Dewi adalah seorang PL (Pemandu Lagu) di sebuah karaoke. Di mata Resti, Dewi adalah wanita perusak iman dan wanita tidak berkelas.

Suatu hari aku memerlukan uang tambahan untuk biaya kuliah adikku. Caca tidak akan bisa mengikuti UTS jika belum membayar uang kuliah, karena gajian masih 2 minggu lagi, akupun memberanikan diri meminjam pada REsti. Tapi apa yang aku terima?
"Sory, Sus... aku gak pegang uang cash. Banyak orang yang pinjam sech... Makanya jadi orang tuch jangan sok-sok mau sekolah tinggi, nyaingin orang itu tidak baik. Kalau tidak mampu, jangan maksain. Mendingan duitnya di tabung buat biaya hidup." Ucapnya tanpa di duga.
Padahal kalau memang tidak bisa meminjamkan, aku tidak akan maksa dan tidak perlu menghina. Lagian aku belum pernah meminjam uang sebelumnya, tapi kenapa kata-katanya sangat tajam. Dan biasanya Resti tidak sekejam itu dalam bicara. Aku ngeloyor pergi dengan sakit hati yang mendalam.

Di tengah perjalanan, aku bertemu Dewi, tidak aku sangka dia mau meminjamkan sejumlah uang yang aku perlukan.
"Kebetulan gue ada rezeki, loe boleh pinjem ni duit. Terserah loe mau balikinnya kapan, tapi tetep kudu di bayar, ya!" ucap Dewi seraya menyerahkan uang, aku mengangguk gembira.

Hari yang lain, aku di suruh boss menjemput kliennya yang baru pulang dari Amrik. Karena sudah bertemu sebelumnya, jadi tidak susah mengenalinya saat menjemputnya di bandara.
"Apakabar, Pak GUnadi. Seneng banget bisa ketemu bapak lagi....!" Kataku sambil mengajak bersalaman begitu melihatnya muncul.

"Pak Ardi lagi sibuk,dan tidak ada supir untuk menjemput bapak. Jadi saya yang di suruh. Bapak tidak kecewa, kan?" tanyaku setelah berada dalam mobil.
"Wah... bukannya kecewa kalau yang jempunya cewek manis hehehehe...." jawab pak GUnadi dengan gurauannya.

Ketika dia membuka dompet hendak mengambil sesuatu, sebuah foto terjatuh. Dan aku sempat melihat wajahnya." Pak, ada foto terjatuh!" kataku memberitahu sambil tetap mengemudikan mobil. Pak GUnadi memungut foto itu, "Cantik bener, siapa tuh pak?" tanyaku pura-pura.
"Namanya Dewi, dia bekerja di sebuah karaoke. Dia tidak seperti PL lainnya...!"
"Maksud bapak?" tanyaku penasaran.
"Saat pertama saya booking dia, saya pikir dia munafik. Karena bekerja di tempat hiburan malam tapi tidak boleh di pegang dan tidak bisa minum (mabuk). Dia bilang, dia akan membuat saya happy tanpa di pegang dan tanpa mabuk. Ternyata benar, setelah saya coba biarkan duduk dengan saya, dia orangnya asyik. Saya enjoy dengan suaranya yang sangat merdu."
"Dan bapak jatuh cinta?" tanyaku menyelidik.
"Hahaha dulu sempat berfikiran begitu, tapi seiring waktu, ternyata saya sayang sam dia seperti pada anak sendiri. Makanya, saya tidak mau dia bekerja di karaoke lagi. Saat di LA kemarin, saya sudah pikir masaka-masak untuk membiayai dia kuliah, agar bisa dipekerjakan di perusahaan."
"Oya, bagus tuch pak!" kataku menyemangati.
"Dia tidak tahu saya pulang hari ini, lho! 2 hari yang lalu saya kirim dia uang, biar tidak curiga kalau saya pulang. Saya mau bikin dia kejutan, rindu bener saya sam dia!"
"Maaf, bapak tidak punya anak?"
"Anak saya satu-satunya meninggal karena kecelakaan, sejak itulah saya sering ke karaoke untuk menghibur diri. Saat itulah saya bertemu dengan Dewi.

Aku jadi teringat, saat Dewi meminjamkan uang, ternyata dia mendapat kiriman dari orang yang menyayanginya.
"Memangnya bapak sama sekali tidak tergiur dengan kecantikan Dewi dan kemolekan tubuhnya?" tanyaku menyelidik lagi.
"Hahahaha.... dulu mungkin ada sedikit. Waktu saya menyadari bahwa saya menyayanginya seperti pada anak saya sendiri. Lagian, kalau untuk nakal-nakalan mah, saya sudah punya seseorang yang tidak kalah cantiknya. Wanita itu seorang manager di suatu perusahaan, asal saya kasih proyek, dia pasti mau di ajak keluar. Dan dia siap kapanpun, dimanapun dan kemanapun. Nech fotonya, hanya kamu yang tahu ya...!" Pria berumur itu memperlihatkan sebuah foto ukuran kecil.... aku terkejut, ternyata di dalam foto itu adalaj Resti. Aku menelan ludah," Saya berjanji pak, tidak akan memberitahu siapapun....!!!"janjiku pada pak GUnadi dan pada diri sendiri.

Read More......

Selasa, 24 November 2009

Dulu....

Dulu saya sempat berfikir, enak ya jadi anak orang kaya. Semua punya, semua dapat, semua bisa. Tanpa minta mereka pasti di kasih. Mau apa-apapun tak perlu repot minta. Sementara saya? Mau ini mau itu hanya ada dalam mimpi. Untuk sekolah saja, kedua orang tuaku harus banting tulang bekerja. Dan untuk uang sakunya, saya menjual buah manggis yang pohonnya tumbuh di depan rumah. Itupun kalau lagi berbuah. Kalau lagi gak berbuah, saya berjualan gulali (semacam permen dari gula) bikinan Bu Eros, tetangga sebelah. Lumayanlah, hasilnya bisa buat beli buku pelajaran dan sedikit untuk jajan.

Waktu itu, saya tidak berani minta uang untuk jajan pada orang tuaku. bahkan baju seragam yang sudah tidak putih lagi, sepatu yang sudah menganga, atau kaos kaki yang sudah kedodoranpun aku pakai tanpa berani meminta yang baru. Selagi aku tidak telanjang, aku pakai saja. Tidak tega harus minta ini itu, saya takut mereka stress karena tidak mampu membelikannya. Saya tidak mau membuat mereka merasa bersalah karena ketidak mampuannya.

Sering saya iri, jika melihat teman-temanku wara wiri dengan bajunya yang bagus, sepatunya yang keren, tas nya yang lucu atau kaos kakinya yang tidak kedodoran. Untuk jajan mereka tinggal minta, mau ini mau itu tinggal bilang.
Tapi saya harus berusaha, saya tidak ingin berjalan di tempat. Peluang itu pasti ada, dengan kesabaran dan usaha, pasti bisa berubah. Jatuh bangun dalam berusaha sudah biasa dalam hidup, yang penting tidak mudah menyerah dan putus asa. Alhamdulillah, semua berubah perlahan. Walaupun tidak banyak, namun setidaknya sedikit lebih maju.

Setelah sekian belas tahun berlalu, saya berjumpa seorang teman dari bangku SD. Dulu dia adalah murid super, super cantik, super kaya dan super pinter. Melihat betapa supernya dia, seharusnya dia menjadi orang yang sukses seperti orang tuanya. Setidaknya bisa setingkat di atas saya.
Namun yang saya jumpai sekarang, bukanlah dia yang dulu saya kenal. Wajahnya yang tampak lebih tua, badannya kurus, bajunya lusuh dengan menenteng nasi bungkus. Saya sempat tidak mengenalnya. Dulu saya sering melihatnya naik turun dari mobil mewah, sekarang dia berjalan kaki dengan sandal jepit yang sudah rusak sebagian. Kalau saja bukan dia yang menyapaku duluan, mungkin aku tidak akan tahu.
Dia mengakui penyesalannya, karena tidak memanfaatkan kepintaran dan kekayaannya dengan baik. Dulu dia menghambur-hamburkan uang seenaknya. Berfoya-foya tanpa berfikir untuk masa depan. Saat usaha orang tuanya bangkrut, ia tak dapat menerima kenyataan. Kini orang tuanya telah meninggal dunia.

Pertemuan itu membuatku sadar, apa yang aku peroleh sekarang, walaupun tidak besar, tapi sangat bermanfaat. Ternyata seseuatu yang di capai oleh keringat sendiri akan lebih berharga. Sesuatu yang di raih dengan perjalanan panjang, sesuatu yang di dapatkan dengan perjuangan dan sesuatu yang di capai dengan pengorbanan akan lebih nikmat. Saya yang dulu pernah meratapi kemiskinan, kini merasa bersyukur. Karena kemiskinan memberiku semangat untuk berubah. Karena ketidak mampuan membuatku berjuang. Dan pengorbanan mengajarkanku untuk menghargai hidup.

Read More......
 

blogger templates | Make Money Online